- Tujuan
a. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah
b. Menentukan kesadahan sampel air
- Dasar Teori
Titrasi kompleksometri
yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau
garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen
diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu
jenis asam amina polikarboksilat(Chang,2003)
Air sadah tidak begitu
berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah
dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang
sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan
ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan
berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin
penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan
jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung garam
hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan
air
tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya: Ca(HCO3)2 (aq)
CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) +
H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara
juga dapat dihilangkan
kesadahannya
dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau
Mg (HCO3)2 dengan kapur
(Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2
(aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
b. Air sadah tetap
Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga
mengandung garam klorida (CaCl2 atau
MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara:
1. Mereaksikan dengan soda
Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk
endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2. Proses Zeolit Dengan
natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium dan
ion magnesium atau kalsium zeolit(Fardiaz,1992).
Eriochrome
Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari
pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk
protonate EBT berwarna biru. Lalu berubah
menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan kalsium,magnesium, dan ion
logam lainnya. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu
kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi
penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak
berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite
Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T
(Harjadi,1993).
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid,
yaitu asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat
menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan
melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam
1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Struktur
1.2 EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul
tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari
atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam
secara serempak (Khopkar, 1990).
- Alat
Alat
yang digunakan,yaitu gelas piala atau gelas beker 100 ml yang berfungsi untuk
tempat larutan, erlenmeyer 100/125 ml yang berfungsi untuk tempat zat yang akan
dititrasikan, pipet gondok 20 ml yang berfungsi pada larutan yang akan diambil
dengan volume 20 ml, pipet gondok 1 ml berfungsi pada larutan yang akan diambil
dengan volume 1 ml,pipet tetes yang berfungsi sama untuk mengambil larutan,
corong gelas yang berfungsi untuk membantu memasukan larutan ke dalam tempat
yang lubangnya kecil atau sempit, dan buret 50 ml yang digunakan untuk titrasi.
- Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum,yaitu NaEDTA 0,0005 M,standar Ca2+ 0,0001 M,Buffer ph 10, indikator EBT,dan
sampel air.
- Cara
Kerja
·
Standarisasi 0,005 M larutan Dinatrium
Etilendiamintetra Asetat, Na2H2Y (Na2EDTA)
Buret
diisi dengan larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat (Na2EDTA)
0.005 M. Kemudian 20 ml larutan standar Ca2+ 0,0005 M diambil dengan pipet gondok,lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeter 125 ml. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10
dan ditetesi 2 tetes indikator EBT. Disiapkan tiga larutan standar Ca2+.
Larutan standar Ca2+ yang
ditritasi dengan titran Na2H2Y secara perlahan-lahan
hingga berubah warna menjadi biru langit secara permanen. Percobaan ini
diulangi tiga kali.
·
Analisis Sampel Air
20
ml sampel air diambil dengan pipet gondok berukuran 20 ml, lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 125 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml lautan buffer pH 10 dan
ditetesi 2 tetes indikator EBT. Larutan Na2H2Y dititrasikan
secara perlahan-lahan hingga warnanya berubah seperti warna biru langit secara
permanen. Lalu percobaan ini diulangi tiga kali.
- Hasil
a.
Standarisasi larutan Na2EDTA
0,005 M
No.
|
Uraian
|
Percb. 1
|
Percb.2
|
Percb.3
|
1.
|
Volume larutan
standar Ca2+ (mL)
|
20
|
20
|
20
|
2.
|
Konsentrasi larutan
standar Ca2+ (M)
|
0,0005
|
0,0005
|
0,0005
|
3.
|
Pembacaan buret,akhir
(mL)
|
2
|
4,2
|
6,6
|
4.
|
Pembacaan buret,awal
(mL)
|
0
|
2
|
4,2
|
5.
|
Volume titran/Na2EDTA
|
2
|
2,2
|
2,4
|
6.
|
Molaritas Na2EDTA
(mol/L)
|
0,005
|
0,0045
|
0,0042
|
7.
|
Molaritas rata-rata (mol/L)
|
0,0046
|
b.
Analisis sampel air
No.
|
Uraian
|
Percb. 1
|
Percb.2
|
Percb.3
|
1.
|
Volume sampel air
(mL)
|
20
|
20
|
20
|
2.
|
Pembacaan buret,akhir
(mL)
|
5,4
|
10,4
|
15,8
|
3.
|
Pembacaan buret,awal
(mL)
|
0
|
5,4
|
10,4
|
4.
|
Volume titran/Na2EDTA
|
5,4
|
5,0
|
5,4
|
5.
|
Mol Na2EDTA=mol
ion sadah, Ca2+ dan Mg+
|
0,025
|
0,023
|
0,025
|
6.
|
Konsentrasi CaCO3
mg CaCO3 /L sampel(ppm)
|
125
|
115
|
125
|
7.
|
Konsentrasi CaCO3
rata-rata (ppm)
|
121,67
|
c.
Tingkat kesadahan
Kesadahan
(ppm CaCO3)
|
Klasifikasi
kesadahan
|
<
15
|
Sangat
rendah
|
15-50
|
Rendah
|
100-200
|
Tinggi
|
>200
|
Sangat
tinggi
|
7. Pembahasan
Pada percobaan kali ini mengunakan metode titrasi,
yaitu cara penetuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya
secara pasti. Titran yang digunakan adalah Na2EDTA dan akan
berdisiosasi menjadi ion Na+ dan H2Y2 . Pada
percobaan ini, Ca2+ memiliki molaritas sebesar 0,005M dan
volume larutan 0,02 liter. Molaritas dan volume larutan telah diketahui karena
larutan ini merupakan larutan standar .Pada percobaan ini juga
ditambahkan buffer ph 10,Na2EDTA, dan EBT. Adanya penambahan
tersebut agar pHnya tetap atau tidak berubah-ubah..Pada
pH larutan dapat mengalami perubahan dengan adanya ion hidrogen yang lepas pada
saat titrasi. Dengan adanya pH dan EBT dapat mencegah terbentuknya endapan
logam hidroksida. Dilakukan standarisasi dengan menggunakan larutan standar Ca2+.
Larutan standar adalah larutan yang
sudah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan lain
yang belum diketahui nilai molaritasnya. Jadi dengan melakukan standarisasi
pada percobaan ini untuk mengetahui nilai molaritas pada larutan yang belum
diketahui nilai molaritasnya. Pada percobaan ini juga dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali, pengulangan ini untuk menganalisa hasilnya. Hasil satu
percobaan belum tentu signifikan. Pengulangan tersebut untuk mengetahui data
atau hasil itu signifikan atau tidaknya. Dalam proses titrasi ini terjadi
perubahan warna, karena adanya indikator EBT yang mampu berikatan dengan ion Ca2+
dan Mg2+. Adanya indikator ini yang dicampurkan sampel air atau pada
saat melakukan standarisasi larutan Na2EDTA 0,0005 M akan mengalami
perubahan warna dan terjadi titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi itu
terjadi pada saat perubahan warna dan terjadi titik ekivalen.
Percobaan dengan menstandarisasi larutan
Na2EDTA dengan tiga kali percobaan. Pada percobaan ini untuk mencari
nilai molaritas dari suatu larutan yang belum diketahui nilai molaritasnya
dengan bantuan larutan standar Ca2+ . Volume larutan standar Ca2+
sebesar 20 ml yang kemudian dititrasikan. Di dapat volume titran yang pertama
0,002 L dengan molaritas sebesar 0,005 mol/L, sedangkan yang kedua volume
titran sebesar 0,0022 L dengan molaritas 0,0045 mol/L. Lalu yang ketiga dengan
volume titran 0,0024 L dengan molaritas 0,0042 mol/L. Diperoleh pula molaritas
rata-rata sebesar 0,0046 mol/L. Dari ketiga data tersebut mempunyai hasil yang
berbeda,hal ini dikarenakan pada saat melalukan titrasi yang seharusnya
dilakukan dengan perlahan-lahan,tetapi jika diperlakuan dengan cepat atau tidak
perlahan-lahan dalam mentitrasikan suatu larutan akan mempengaruhi volume titran. Adapun faktor
lain,yaitu pada saat pengambilan larutan tidak tepat pada pengukuran dan dalam melihat angka tidak tepat, hal
tersebut juga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada perubahan warna
yang ditritasikan menjadi biru cerah,kurang teliti dalam melihat perubahan
warna. Perubahan warna yang berbeda itu dapat mempengaruhi hasil dari volume
hingga molaritasnya. Penambahan indikator atau buffer pH 10 yang berlebih juga
akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Pada percobaan analisis sampel air untuk
mengetahui tingkat kesadahan air. Dengan volume sampel air yang digunakan 20
ml. Percobaan yang kedua ini juga diulangi tiga kali. Didapatkan volume titran
yang pertama sebesar 5,4 ml,sehingga diperoleh
mol ion sadah Ca2+ dan Mg2+ sebesar 0,025
mmol,serta konsentrasinya yang didapat sebesar 125 ppm, pada percobaan yang
kedua volume titrannya 5,0 ml, sehingga diperoleh mol ion sadah Ca2+
dan Mg2+ sebesar 0,023
mmol,serta konsentrasinya sebesar 115 ppm, dan percobaan yang ketiga hasilnya
sama seperti percobaan pertama yang konsentrasinya sebesar 125 ppm. Dari ketiga
data tersebut diperoleh konsentrasi rata-rata sebesar 121,67 ppm. Jika dilihat
pada tabel tingkat kesadahan, 121,67 ppm termasuk tingkat kesadahan yang
tinggi. Dari percobaan ini yang mengalami perubahan warna yang sama menjadi
biru cerah atau biru langit, tetapi hasil yang didapat tidak sama satu dengan yang
lain. Hal ini terdapat faktor yang mempengaruhi,yaitu pada saat melakukan
titrasi yang seharusnya perlahan-lahan, pada saat pengambilan larutan yang
tidak tetap atau lebih sedikit dari batas pengukuran juga dapat mempengaruhi
hasilnya, dan pada saat membac buret yang tidak tepat juga akan mempengaruhi
hasil yang didapat. Pada penetesan pH 10 atau indikator EBT yang berlebih juga
akan mempengaruhi volumenya dan warnanya pun akan berbeda dengan satu tetes
indikator dengan dua tetes indikator.
Untuk reaksi yang terjadi, Sebelum titran H2Y2- ditambahkan
untuk analisa, analit berwarna merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq).
Jika H2Y2- mengkompleks
semua Ca2+bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca –
EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi
biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah
terkompleksikan dengan H2Y2-
(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) +
2H+ (aq) + EBT(aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan
pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ dan
Mg2+seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk
kompleks merah anggur (Mg – EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg –
EBT)2+ (aq)
Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan
Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca
– EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi
biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah
terkompleksikan dengan H2Y2-
(Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq)
MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
8.
Kesimpulan
1)
Kesadahan yang dipengaruhi adanya
kandungan garam yang terlarut dari ion-ion sadah seperti Ca2+,Mg2+,Fe2+.
2)
Konsentrasi CaCO3 rata-rata
sebesar 121,67 ppm, tingkat kesadahannya tinggi.
9.
Pengesahan
Yogyakarta,....
Desember 2012
Mengetahui,
Asisten
Praktikan
(Oktavian
Ira W.) (Dyah Ayu L.)
10.
Daftar Pustaka
Chang, Rymond.2003. Edisi Ketiga. Kimia Dasar. Jakarta.Erlangga.
Fardiaz,
srikandi.1992.Polusi Air dan Udara.Yogyakarta.Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta.PT Gramedia.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia
Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, UI-Prees, Jakarta
11.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar